SLEMAN, jogja.expost.co.id - Anggrek Astuti Jogja adalah wadah kreatifitas pemberdayaan anggrek yang terletak di kaki Gunung Merapi di daerah Pakem, Sleman, Yogyakarta. Anggrek Astuti Jogja konsisten memperlakukan Anggrek tidak hanya sekedar komoditas perdagangan dan pertanian. Namun lebih dari itu, yakni menyematkan nilai nasionalis, kultural, artistic dan estetik.
Direktur Anggrek Astuti Jogja, Hananda Hutami Putri mengatakan, wadah pemberdayaan kreatifitas ini lebih dari sebagai tempat perlindungan. Anggrek Astuti Jogja bertujuan untuk mengidentifikasi Kembali budidaya anggrek, menyajikan sudut pandang baru bagi para penggemar.
“Tempat ini berusaha untuk memperkenalkan metode inovative, melangkah jauh dari pendekatan tradisional, dan menghadirkan gagasan baru dalam merawat bunga-bunga anggrek yang lembut ini,” katanya di Sleman, Sabtu (14/9/2024) petang.
Nanda menjelaskan, Anggrek Astuti Jogja bukan hanya menjadi tempat budidaya dan penjualan, tetapi juga melambangkan platform kreativitas tanpa batas. Di tempat ini, individu didorong untuk menjelajahi dan mengekspresikan visi artistic mereka secara bebas, baik melalui pengaturan anggrek yang inovatif, teknik budidaya eksperimental, atau tampilan yang imajinatif.
“Melalui anggrek ini kami fokuskan pada pendidikan yang dilakukan melalui lokakarya, penjualan dengan nilai tambah kami karena kami menjual anggrek sebagai karya unik, anggrek sebagai karya seni hidup melalui tampilan kreatif dan anggrek sebagai kebanggaan Indonesia karena ini warisan budaya,” beber Nanda.
Diceritakan Nanda, untuk semakin menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap tanaman anggrek, Anggrek Astuti telah menggelar Pameran Instalasi Anggrek di Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta pada tanggal 13 hingga 30 Agustus 2024 lalu.
Masih sebut Nanda, pameran hasil kerjasama dengan sejumlah penganggrek Yogyakarta ini menampilkan berbagai anggrek asli Indonesia dan turunannya, tanaman hidup dan lumut pada media anyaman bambu.
“Kemudian pameran berlanjut di tanggal 4-29 September 2024 yang berupa event pameran instalasi dan mengisi stand pameran komunitas di acara Vredeburg Fair," terangnya.
"Melalui inisiatif ini, kami berharap bisa meningkatkan persepsi publik terhadap anggrek, sekaligus memperkuat hubungan antara manusia dan alam,” sambungnya.
Mengusung tema ‘Kehidupan harus terus tumbuh, jika tidak akan mati perlahan dan bersama-sama’, pameran tersebut juga menjadi ajang kegiatan kampanye anggrek.
"Misi kami adalah untuk menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap anggrek, simbol kekayaan alam Indonesia. Sebagai negara kedua terbesar dalam keanekaragaman hayati anggrek, Indonesia diberkahi dengan beragam jenis tanaman yang luar biasa indah,” cetus Nanda.
Di tahun 2026, pihaknya juga berencana menggelar International Orchid and Art Festival di Jogja.
"Dengan begitu, pamor Anggrek Indonesia akan naik kelas seperti bonsai, batik dan keris," tuturnya di sela mini tour mengelilingi kebun Anggrek Astuti Jogja.
Anggrek Phalaenopsis atau anggrek bulan dan Dendrobium, dituturkan Nanda menjadi andalan Anggrek Astuti Jogja. Selain banyak peminatnya juga merupakan anggrek Nusantara.
Kepada awak media, ia berharap anak anak muda mulai mencintai anggrek apa pun jenisnya. Sehingga stigma anggrek adalah tanaman mama mama dan eyang eyang dapat ditepis.
"Sebenarnya anggrek adalah tanaman yang paling resisten karena bisa bertahan hingga 10 hari tanpa di siram. Sehingga bagi orang yang sibuk sekalipun bisa mengoleksi anggrek di rumahnya," ujar Nanda.
Meski begitu, Nanda menekankan agar pencinta anggrek tak mengoleksi semua anggrek yang ada di Indonesia. Menurutnya bisa menimbulkan polusi tanaman.
"Anggrek selalu punya ruang untuk tumbuh dan berkembang sendiri. Jika ruangnya pas maka akan bertumbuh maksimal," pungkas Nanda.
Social Header