Sekda Kota Yogya Aman Yuriadijaya di dampingi Kepala Dinas Kebudayaan Yetti Martanti saat melakukan eksebisi dan tour kuratorial di ruag pamer Kemantren Danurejan, Sabtu (31/8/2024) malam.
YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - Selama 6 hari tepatnya 31 Agustus hingga 5 September 2024 komplek Gedung Taman Budaya Embung Giwangan di Sulap bak museum Babad Siti Kemantren. Di tempat itu replika artefak, budaya dan sejarah dari 14 Kemantren yang ada di Kota Yogyakarta dapat di nikmati para pengunjung.
Dari eksebisi dan tour kuratorial yang awak media ikuti di Gedung utama Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta ini, masing masing kemantren menonjolkan keistimewaan budaya yang paling ikonik.
Jika dirinci dari 14 kemantren dibagi dalam klaster artefak, figur, sosial budaya, dan klaster seni.
Peristiwa perang Diponegoro, Serangan Umum 1 Maret tersaji dalam pentas Wayang Cinema dengan lakon Amanat 5 September yang merupakan maklumat dari Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII pada 5 September 1945.
Kegiatan Babad Siti Kemantren diselenggarakan juga dalam rangka memperingati 12 Tahun Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekda Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada 14 Kemantren dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).
Dimana kegiatan ini merupakan bentuk visualisasi potensi yang ada 14 Kemantren dan bentuk tindak lanjut dari Pameran Bersama Living Museum Babad Siti Kemantren #1 di tahun 2023.
Sekda Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada 14 Kemantren dan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI).
Dimana kegiatan ini merupakan bentuk visualisasi potensi yang ada 14 Kemantren dan bentuk tindak lanjut dari Pameran Bersama Living Museum Babad Siti Kemantren #1 di tahun 2023.
Selain wayang cinema di kegiatan Babad Siti Kemantren juga digelar pertunjukan wayang tradisional oleh dalang cilik.
"Kegiatan ini memperkuat arti keistimewaan. Sehingga, acara hari ini sangat penting karena memberikan ruang bahwa keistimewaan di Kota Yogyakarta mau tidak mau, tidak terlepas dari urusan penandanya tradisi maupun artefak budaya dan seninya,” jelas Aman, Sabtu (31/8/2024).
Ia berharap, kegiatan ini terus didukung dari berbagai pihak. Sehingga pelestarian dan pembinaan yang diberikan untuk memperkuat Kota Yogyakarta sebagai kota dengan keistimewaan dapat dirasakan seluruh masyarakatnya.
"Terutama pada resital dalang cilik. Tidak hanya sekedar pelestarian dan pembinaan dari kader budaya saja yang harus berkembang. Tetapi sumber pembangunan budaya di Kota Yogyakarta khususnya juga harus terus dimaksimalkan. Sehingga dapat membangun ekosistem budaya yang kuat di Kota Yogyakarta,”ungkapnya.
Opening ceremonial Eksebisi dan Tour Kuratorial Eksebisi Babad Siti Kemantren dengan menabuh bende dan dilanjutkan dengan jamuan teh Patehan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menuturkan rangkaian kegiatan Babad Siti Kemantren diharapkan mampu memperkuat jiwa nasionalisme generasi muda melalui literasi dan benda-benda bersejarah.
Dijelaskan Yetti, misalnya wayang cinema, pertunjukan ini tidak hanya bertujuan untuk menghibur tetapi juga untuk mengangkat lakon Amanat 5 September yang merupakan maklumat yang dikeluarkan oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII pada 5 September 1945.
Di keluarkannya maklumat tersebut, lanjut Yetti, menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah bangsa terutama dalam konteks keistimewaan Yogyakarta, karena mengukuhkan posisi Yogyakarta sebagai bagian dari Republik Indonesia dan mendukung proklamasi kemerdekaan.
Masih lanjut Yetti, Resital dalang ini disajikan secara kreatif dan berwarna melalui pertunjukan wayang. Dimana penonton diajak untuk mengenal nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan bangsa melalui Wayang Cinema.
"Ini sebagai wujud penanda keistimewaan guna mengeksplorasi secara detail. Penanda keistimewaan yang dimiliki wilayah untuk kemudian diaktivasi secara kontekstual dengan harapan akan berdampak bagi peningkatan pemberdayaan masyarakatnya,”ujarnya.
"Dalam pelestarian budaya di wilayah Kemantren, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta juga terus memberikan perhatian penuh terhadap pembinaan kebudayaan lintas generasi," sambung Yetti.
Dia menegaskan, komitmen tersebut diwujudkan melalui kegiatan pembinaan dan pelestarian budaya sejak dini yang nanti berperan sebagai agen pelestari budaya.
"Maka kami memberikan ruang bagi para seniman cilik untuk mengekspresikan bakat dan kreativitas mereka dalam sebuah pertunjukan Resital Dalang Anak dan Pentas Wayang Cinema Anak dalam balutan kolaborasi seni tradisi dan sinematografi modern,” ungkap Yetti.
Selanjutnya, Ia berharap, melalui rangkaian kegiatan Peringatan 12 Tahun Keistimewaan yang akan berlangsung dari 31 Agustus hinggs 5 September 2024, masyarakat dapat secara sadar mengenali penanda keistimewaan Yogyakarta yang tumbuh di sekitarnya sebagai sebuah warisan budaya yang tetap lestari dan bermanfaat bagi terbangunnya citra Yogyakarta sebagai sebuah daerah Istimewa.
"Kegiatan ini memperkuat arti keistimewaan. Sehingga, acara hari ini sangat penting karena memberikan ruang bahwa keistimewaan di Kota Yogyakarta mau tidak mau, tidak terlepas dari urusan penandanya tradisi maupun artefak budaya dan seninya,” jelas Aman, Sabtu (31/8/2024).
Ia berharap, kegiatan ini terus didukung dari berbagai pihak. Sehingga pelestarian dan pembinaan yang diberikan untuk memperkuat Kota Yogyakarta sebagai kota dengan keistimewaan dapat dirasakan seluruh masyarakatnya.
"Terutama pada resital dalang cilik. Tidak hanya sekedar pelestarian dan pembinaan dari kader budaya saja yang harus berkembang. Tetapi sumber pembangunan budaya di Kota Yogyakarta khususnya juga harus terus dimaksimalkan. Sehingga dapat membangun ekosistem budaya yang kuat di Kota Yogyakarta,”ungkapnya.
Opening ceremonial Eksebisi dan Tour Kuratorial Eksebisi Babad Siti Kemantren dengan menabuh bende dan dilanjutkan dengan jamuan teh Patehan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menuturkan rangkaian kegiatan Babad Siti Kemantren diharapkan mampu memperkuat jiwa nasionalisme generasi muda melalui literasi dan benda-benda bersejarah.
Dijelaskan Yetti, misalnya wayang cinema, pertunjukan ini tidak hanya bertujuan untuk menghibur tetapi juga untuk mengangkat lakon Amanat 5 September yang merupakan maklumat yang dikeluarkan oleh Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII pada 5 September 1945.
Di keluarkannya maklumat tersebut, lanjut Yetti, menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah bangsa terutama dalam konteks keistimewaan Yogyakarta, karena mengukuhkan posisi Yogyakarta sebagai bagian dari Republik Indonesia dan mendukung proklamasi kemerdekaan.
Masih lanjut Yetti, Resital dalang ini disajikan secara kreatif dan berwarna melalui pertunjukan wayang. Dimana penonton diajak untuk mengenal nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan bangsa melalui Wayang Cinema.
"Ini sebagai wujud penanda keistimewaan guna mengeksplorasi secara detail. Penanda keistimewaan yang dimiliki wilayah untuk kemudian diaktivasi secara kontekstual dengan harapan akan berdampak bagi peningkatan pemberdayaan masyarakatnya,”ujarnya.
"Dalam pelestarian budaya di wilayah Kemantren, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta juga terus memberikan perhatian penuh terhadap pembinaan kebudayaan lintas generasi," sambung Yetti.
Dia menegaskan, komitmen tersebut diwujudkan melalui kegiatan pembinaan dan pelestarian budaya sejak dini yang nanti berperan sebagai agen pelestari budaya.
"Maka kami memberikan ruang bagi para seniman cilik untuk mengekspresikan bakat dan kreativitas mereka dalam sebuah pertunjukan Resital Dalang Anak dan Pentas Wayang Cinema Anak dalam balutan kolaborasi seni tradisi dan sinematografi modern,” ungkap Yetti.
Selanjutnya, Ia berharap, melalui rangkaian kegiatan Peringatan 12 Tahun Keistimewaan yang akan berlangsung dari 31 Agustus hinggs 5 September 2024, masyarakat dapat secara sadar mengenali penanda keistimewaan Yogyakarta yang tumbuh di sekitarnya sebagai sebuah warisan budaya yang tetap lestari dan bermanfaat bagi terbangunnya citra Yogyakarta sebagai sebuah daerah Istimewa.
Pokdarwis Kampung Patehan menyajikan Ngeteh ala Keraton yang dapat di nikmati pengunjung Babad Siti Kematren.
Pengajar sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Sri Margana, mengatakan Babad Siti Kemantren yang replika benda bersejarahnya dikumpulkan di ruang utama Taman Budaya Embung Giwangan menjadi salah satu cara untuk memudahkan pengunjung dapat melihat secara langsung ke lokasi yang bersangkutan.
"Akan menyingkat waktu bagi pengunjung karena dari 14 Kemantren terlokalisir di satu gedung," kata Sri Margana.
"Meski begitu, untuk mengunjungi situs, mengetahui artefak, dan informasi sejarah yang sesungguhnya pengunjung tetap harus datang ke lokasi yang sebenarnya," sambung Sri Margana.
Pewarta: Mbah M
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Pengajar sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Sri Margana, mengatakan Babad Siti Kemantren yang replika benda bersejarahnya dikumpulkan di ruang utama Taman Budaya Embung Giwangan menjadi salah satu cara untuk memudahkan pengunjung dapat melihat secara langsung ke lokasi yang bersangkutan.
"Akan menyingkat waktu bagi pengunjung karena dari 14 Kemantren terlokalisir di satu gedung," kata Sri Margana.
"Meski begitu, untuk mengunjungi situs, mengetahui artefak, dan informasi sejarah yang sesungguhnya pengunjung tetap harus datang ke lokasi yang sebenarnya," sambung Sri Margana.
Pewarta: Mbah M
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Social Header