Sampul buku Nguber Layangan Tatas atau NLT pilihan Profesor George Quinn dari Australia.
SLEMAN, jogja.expost.co.id - Penerbit buku Interlude Berbah menyelenggarakan bedah buku antologi cerkak 30 penulis pilihan Profesor George Quinn dari Australia. Buku berjudul Nguber Layangan Tatas (NLT). Kegiatan bertempat di Plataran Dhadhapwaru Kantor Interlude Sumber Kulon, Kalitirto, Berbah, Sleman, DIY pada Minggu (16/3/2025) sore hingga jelang buka puasa.
Owner Interlude Cak Kandar yang menerbitkan buku NLT menyampaikan bahwa pertemuan yang dinamakan Wedangan ini adalah sebuah upaya untuk ajar atau belajar sesuatu di pelataran Dhadhapwaru.
"Sebuah tempat yang bisa dimasuki oleh siapapun baik si Dhadhap si Waru si Suto atau si Noyo," ujar Cak Kandar.
Ia menjelaskan, pertemuan wedangan bertujuan menyambung silaturohmi kekadangan. Wedangan pertama, adalah ajar Ndongeng untuk anak sekitaran. Wedangan kedua, ajar Wicoro bagi para pemuda untuk bisa menyampaikan kata kata yang baik dan benar. Pertemuan ketiga, ajar Upokoro, yakni belajar menelaah karya sastrawan Imam Budi Santosa serta mengungkap memoar beliau sehingga terbitlah buku Lawu Ungaran Merapi.
"Sekaligus memperingati haul wafatnya sastrawan Imam Budi Santosa," ungkapnya.
Masih sebut Cak Kandar, pertemuan wedangan keempat, adalah ajar Permono, yaitu mencoba menguak apa yang tersirat dari buku NLT kumpulan 30 cerkak pilihan Goerge Quinn.
"Kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk terima kasih Interlude kepada beliau, karena sudah memilihkan 30 cerkak yang baik untuk dibaca," beber Cak Kandar.
Owner Interlude Cak Kandar yang menerbitkan buku NLT menyampaikan bahwa pertemuan yang dinamakan Wedangan ini adalah sebuah upaya untuk ajar atau belajar sesuatu di pelataran Dhadhapwaru.
"Sebuah tempat yang bisa dimasuki oleh siapapun baik si Dhadhap si Waru si Suto atau si Noyo," ujar Cak Kandar.
Ia menjelaskan, pertemuan wedangan bertujuan menyambung silaturohmi kekadangan. Wedangan pertama, adalah ajar Ndongeng untuk anak sekitaran. Wedangan kedua, ajar Wicoro bagi para pemuda untuk bisa menyampaikan kata kata yang baik dan benar. Pertemuan ketiga, ajar Upokoro, yakni belajar menelaah karya sastrawan Imam Budi Santosa serta mengungkap memoar beliau sehingga terbitlah buku Lawu Ungaran Merapi.
"Sekaligus memperingati haul wafatnya sastrawan Imam Budi Santosa," ungkapnya.
Masih sebut Cak Kandar, pertemuan wedangan keempat, adalah ajar Permono, yaitu mencoba menguak apa yang tersirat dari buku NLT kumpulan 30 cerkak pilihan Goerge Quinn.
"Kegiatan ini sekaligus sebagai bentuk terima kasih Interlude kepada beliau, karena sudah memilihkan 30 cerkak yang baik untuk dibaca," beber Cak Kandar.
Dari kiri: Warisman (Penulis Sastra Jawa), Giandra Febriyan (Guru Bahasa Jawa) dan Cak Kandar (Owner Penerbit Interlude) saat menjadi narasuber bedah buku Nguber Layangan Tatas.
Guru Sastra Al Azhar Gunungkidul, Giandra Febriyan, yang didapuk sebagai panelis pertama mengungkapkan bahwa cerpen bahasa Jawa modern banyak sekali, ribuan tulisan yang telah dikeluarkan oleh pengarang dari era 1945 sampai sekarang. Tentu menjadi sebuah pilihan yang sangat sulit bagi George Quinn untuk memilih karena dibatasi hanya 30 judul.
"Munculnya 30 judul dalam buku tersebut bukan menyiratkan bahwa cerkak yang kurang baik. Itu semua karena keterbatasan halaman," tutur Febriyan.
Ia menilai, karena sudah menjadi pilihan diantara yang terbaik, maka semua cerkak enak dibaca dan menyuarakan pesan yang sangat dalam. Meski begitu, yang kurang dari buku ini adalah dari sisi cover buku depan (muka) dan bagian belakang tidak ada keterangan nama pengarang atau judul cerkak dari 30 pengarang cerkak yang ada dalam buku NLT.
"Ya kesannya menjadi membeli kucing dalam karung. Namun itu semua tertutupi dengan nama besar Goerge Quinn," tegas Febriyan.
Guru Sastra Al Azhar Gunungkidul, Giandra Febriyan, yang didapuk sebagai panelis pertama mengungkapkan bahwa cerpen bahasa Jawa modern banyak sekali, ribuan tulisan yang telah dikeluarkan oleh pengarang dari era 1945 sampai sekarang. Tentu menjadi sebuah pilihan yang sangat sulit bagi George Quinn untuk memilih karena dibatasi hanya 30 judul.
"Munculnya 30 judul dalam buku tersebut bukan menyiratkan bahwa cerkak yang kurang baik. Itu semua karena keterbatasan halaman," tutur Febriyan.
Ia menilai, karena sudah menjadi pilihan diantara yang terbaik, maka semua cerkak enak dibaca dan menyuarakan pesan yang sangat dalam. Meski begitu, yang kurang dari buku ini adalah dari sisi cover buku depan (muka) dan bagian belakang tidak ada keterangan nama pengarang atau judul cerkak dari 30 pengarang cerkak yang ada dalam buku NLT.
"Ya kesannya menjadi membeli kucing dalam karung. Namun itu semua tertutupi dengan nama besar Goerge Quinn," tegas Febriyan.
Para penulis dan peserta bedah buku menyimak paparan panelis atau pembedah buku NLT.
Penulis Sastra Jawa, Warisman Darnowiyadi, memberikan pandangan bahwa menulis cerita dalam bahasa Jawa memang sebaiknya pengarang itu tahu betul apa yang harus ditulis, tema dan kompetensi.
"Penulis sebaiknya lebih dahulu melakukan riset yang mendalam tentang pokok tulisan tersebut," ungkap Warisman.
Pihaknya menilai, di cerkak khususnya pada buku NLT karena sudah menjadi pilihan tentu telah memenuhi kaidah penulisan dan riset yang mendalam.
Pewarta: Kusnadi Priyono
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Penulis Sastra Jawa, Warisman Darnowiyadi, memberikan pandangan bahwa menulis cerita dalam bahasa Jawa memang sebaiknya pengarang itu tahu betul apa yang harus ditulis, tema dan kompetensi.
"Penulis sebaiknya lebih dahulu melakukan riset yang mendalam tentang pokok tulisan tersebut," ungkap Warisman.
Pihaknya menilai, di cerkak khususnya pada buku NLT karena sudah menjadi pilihan tentu telah memenuhi kaidah penulisan dan riset yang mendalam.
Pewarta: Kusnadi Priyono
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Social Header