Breaking News

Lia Mustafa Bawa Batik Mataraman ke Australia: Diplomasi Fesyen dari Yogyakarta ke Melbourne

Lia Mustafa saat mengabadikan diri di salah satu Perpustaan di Melbourne Australia.


YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - Tiga desainer terkemuka Indonesia siap berangkat ke Melbourne dalam program pertukaran fesyen yang diinisiasi oleh Kedutaan Besar Australia. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan batik dan wastra Nusantara, sekaligus mempererat hubungan industri mode kedua negara melalui Melbourne Fashion Festival.

Lia Mustafa: Batik Mataraman Sebagai Identitas dan Inovasi

Desainer asal Yogyakarta, Lia Mustafa, menyoroti pentingnya batik sebagai bagian dari diplomasi budaya. Ia akan memperkenalkan Batik Mataraman, salah satu kekayaan wastra Yogyakarta yang memiliki filosofi mendalam dan berkembang dari tradisi keraton ke masyarakat luas.

“Saya ingin menunjukkan bahwa batik tidak hanya sekadar kain bermotif, tetapi juga memiliki makna dan nilai historis yang kuat. Batik Mataraman memiliki karakter khas dengan pengaruh budaya Jawa, Madura, dan pesisir yang berpadu dalam motifnya,” ujar Lia Mustafa saat dikonfirmasi via WhatsApp, Sabtu (1/3/2025).

Dalam forum di Melbourne, Lia akan berbagi pengalaman tentang bagaimana Batik Mataraman dapat dikembangkan secara kreatif tanpa meninggalkan esensi budayanya. Ia juga akan menampilkan koleksi yang mengombinasikan batik klasik dengan sentuhan modern, menjadikannya relevan bagi pasar internasional.

Diplomasi Fesyen: Batik Jogja Mendunia

Program ini merupakan bagian dari kunjungan balasan setelah tiga desainer Australia sebelumnya mengikuti Emerging Designers Bootcamp dalam Jogja Fashion Week 2024. Pertukaran ini menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Australia, serta memperkuat kerja sama di bidang ekonomi kreatif.

Selain memamerkan karya, para desainer juga akan berinteraksi dengan pelaku industri mode dan mendalami pendekatan keberlanjutan dalam fesyen di Australia. 

“Batik harus terus berkembang dan beradaptasi, termasuk dalam aspek keberlanjutan. Kita harus mulai memikirkan bagaimana produksi batik bisa lebih ramah lingkungan,” tambah Lia.

Dengan partisipasi dalam program ini, Lia Mustafa berharap batik semakin dikenal di kancah global, sekaligus membuka peluang bagi desainer muda Indonesia untuk menembus pasar internasional. (Tyo)


Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
© Copyright 2022 - jogja.expost.co.id