Breaking News

Kartini Tanpa Batas, Tampilkan Karya Siswa SMU Bambanglipuro dan Desainer Fariz Ashar

Dua siswa SMU Bambanglipuro Bantul Sheila Morissa dan Fauzan Nur Husna saat berfoto di depan panggung Kartini Tanpa Batas Galeria Mall Yogyakarta.


YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id – Dalam semangat memperingati Hari Kartini, Galeria Mall Yogyakarta menjadi saksi pergelaran busana bertajuk “Kartini Tanpa Batas”, sebuah kolaborasi unik antara D'bamboo dan desainer Fariz Ashar. Acara ini menyoroti kekuatan perempuan modern melalui mode yang berakar pada pelestarian budaya dan kepedulian terhadap lingkungan.

Yang menarik, panggung runway kali ini turut menampilkan karya istimewa dari Sheila Morissa dan Fauzan Nur Husna, dua siswa SMU Bambanglipuro Bantul yang membawa semangat inovasi dalam busana berbasis limbah bambu. Mereka menghadirkan koleksi yang memadukan batik cap alam berbahan dasar bambu dengan lurik tradisional, seluruhnya diwarnai secara alami menggunakan kulit nangka.

“Di daerah kami, limbah bambu sering kali hanya dibakar atau dibuang ke sungai. Kami ingin mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai,” ujar Sheila, Kamis (25/4/2025) petang di lokasi acara.

Para desainer dan model foto bersama usai gelaran Fashion Show Kartini Tanpa Batas di House of LMAR Lantai 1 Galeria Mall Yogya.

Tak hanya kain, detail aksesori seperti kancing, kalung, dan hiasan kepala juga dibuat dari potongan bambu bekas, menciptakan tampilan yang menyatu antara estetika dan keberlanjutan.

Proses pembuatan koleksi ini memakan waktu tiga hari, mulai dari pengecapan, pewarnaan, hingga pengelorotan. Nuansa pastel mendominasi tampilan mereka, mencerminkan kelembutan namun tetap kuat dalam pesan. 

“Ini pengalaman pertama kami ikut fashion show. Rasanya luar biasa bisa tampil dan berkolaborasi dengan desainer seperti Kak Fariz,” tambah Fauzan dengan bangga.

Riz Ashar sendiri menyebut kolaborasi ini sebagai representasi nyata dari semangat Kartini masa kini.

“Kartini Tanpa Batas bukan sekadar fashion show. Ini adalah pernyataan bahwa perempuan bisa mengekspresikan diri mereka secara bebas dan kreatif, tanpa batas, dalam peran apa pun,” jelas Fariz.

Dengan memadukan tekstil lokal seperti batik, lurik, tenun, dan linen, serta pendekatan desain multifungsi, koleksi ini tidak hanya menampilkan gaya, tapi juga menyuarakan isu keberlanjutan dan pemberdayaan. Mode tak lagi sekadar tren, tapi menjadi alat perjuangan—seperti halnya Kartini dalam zamannya. (Tyo)


Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
© Copyright 2022 - jogja.expost.co.id