Breaking News

Refleksi Hari Buruh Internasional di Indonesia


Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Hari Buruh Internasional di Lapangan Monumen Naional (Monas) Jakarta. 


YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - May Day. Hari Buruh Internasional diperingati oleh kaum buruh dan serikat buruh se-dunia. Pada 1 Mei 1806 bisa disebut sebagai lahirnya Hari Buruh Internasional, yang ditandai aksi mogok pertama kaum buruh di Amerika Serikat oleh pekerja Cordwainers hingga sejumlah aktivis buruh yang menggerakkan aksi mogok itu dipenjara. 

Aksi mogok buruh ketika itu meminta pengurangan jam kerja sehari dari 20 jam hingga menjadi 8 jam seperti yang dipraktikkan sekarang.

Peter McGuire dan Matthew Maguire pekerja mesin di perusahaan Paterson, New Jersey. Waktu itu, tahun 1872 McGuire bersama 100 ribu pekerja melakukan aksi mogok. Tahun 1881 dia pindah ke St. Louis Missouri dan mengorganisasi tukang kayu hingga terbentuk organisasi Tukang Kayu Chicago yang lebih dikenal dengan sebutan "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of Amerika.

Sejak itulah organisasi buruh dikelola agak lebih modern caranya dengan mengorganisasi pekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya. 

Histori Hari Buruh Internasional terus berjalan mengukur sejarah hingga pada 5 September 1882 diadakan parade Hari Buruh. Pertama di New York dengan arakan 20 ribu peserta yang dilengkapi spanduk bertuliskan 8 jam kerja, 8 jam istirahat. 

Hingga pada 1887, Oregon menjadi negara bagian dari Amerika yang menjadikan hari libur umum pada 1894. Presiden Grover Cleveland meneken UU yang menjadikan Minggu pertama bulan September sebagai hari libur umum resmi secara nasional di negara tersebut. 

Lalu kongres organisasi kaum buruh internasional yang pertama dilaksanakan 1866 di Jenewa, Swiss diikuti 6 elemen organisasi buruh dari belahan dunia yang berhasil menetapkan tuntutan mereduksi 8 jam dalam sehari dengan dukungan National Labour Union dari Amerika Serikat. 

Masih di tahun 1866, sebagai hari perjuangan kelas pekerja internasional hasil kongres yang dilakukan oleh Federasi of Organized Trade and Labour Union yang diinspirasi oleh kesuksesan aksi kaum buruh Canada pada 1872 hingga diberlakukannya 8 jam kerja di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886.

Ratusan ribu kaum buruh di Jakarta dan sekitarnya padati lapangan Monas.

Lalu apa maknanya bagi kaum buruh di Indonesia yang terkesan selalu kalah dalam beragam usaha untuk  memperjuangkan tuntutannya? Termasuk dalam upaya membangun kekuatan politik. 

Melalui partai politik -- yang diharap dapat menjadi wadah untuk memperjuangkan aspirasi kaum buruh di Indonesia. Toh sejak keran reformasi dibuka, kebebasan bependapat termasuk membuat partai buruh. Terakhir ikut Pemilu tahun 2024, nyatanya selalu keok, nyaris tak mendapatkan suara yang signifikan untuk sekadar satu kursi di parlemen.

Artinya, model dan cara dalam usaha  pengorganisasian kaum buruh Indonesia belum solid. Apalagi ditambah dengan kelatahan membuat organisasi baru yang justru cuma hendak memperalat kaum buruh sebagai kuda tunggangan. Oleh karena itu, organisasi kaum buruh harus dibuat sehat dan segar terlebih dahulu, agar mampu memiliki daya tarik bagi kaum buruh untuk bersatu dan kompak dalam satu barisan memperjuangkan tuntutan bersama. 

Termasuk dalam usaha memperoleh kursi di parlemen untuk menyuarakan aspirasi kaum buruh. Bila tidak, maka organisasi kaum buruh dan kaum buruh Indonesia sendiri akan tetap nelangsa dan menderita. 

Apalagi organisasi buruh tampak tidak tertarik untuk mengorganisir Ojek dan Grab Online serta pekerja media online yang kini bertumbuh bak jamur di musim penghujan.

Langkah-langkah besar organisasi buruh perlu dilakukan dalam merenungkan perjuangan. Konsolidasi untuk kaum buruh pun, terkesan semakin kerdil dan terbonsai. Tidak ada gebrakan seperti pada masa Orde Baru. 

Semestinya mampu menggandeng beragam elemen dari luar fraksi buruh. Seperti mahasiswa, jurnalis dan guru honorer. Pemberitaan tentang buruh pun di Indonesia tampak jelas tersisih. Inilah esensi dari peringatan hari buruh internasional dalam pengertian nasional. 

Dan merefleksikan kembali langkah nyata untuk memperkuat organisasi buruh yang sehat dan segar. Yang mau berjuang bersama memperbaiki kondisi dan kesejahteraan yang patut dan lebih manusiawi.

Selamat Hari Buruh Internasional!



© Copyright 2022 - jogja.expost.co.id