Dari kiri: Handono S. Putro, Boyke, Vivi Sandra Putri dan Agus Budi Rahman foto bersama usai melakukan ramah tamah di Loman Park Hotel Yogyakarta.
YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id — Yogyakarta, Indonesia akan kembali menjadi tuan rumah ajang budaya internasional bertajuk Color of Indonesia, yang akan digelar pada 15–20 Agustus 2025. Festival ini menghadirkan pertunjukan budaya dari sembilan negara dan mengusung semangat Through the Culture, Become ONE sebagai landasan persatuan lintas bangsa melalui seni dan tradisi.
Sekretaris Umum DKI Jakarta sekaligus pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Boyke, mengungkapkan bahwa kegiatan ini berbeda dari festival budaya pada umumnya.
“Biasanya kita hanya menampilkan budaya kita sendiri. Tapi kali ini, di Teras Malioboro, kami hadirkan pertukaran budaya antarnegara. Ini bukan sekadar festival, tapi bentuk konkret diplomasi budaya,” ujar Boyke saat ditemui di Loman Park Hotel Yogyakata, Selasa (20/5/2025) sekira pukul 17.30 WIB.
Ia menegaskan bahwa lokasi festival di Yogyakarta dipilih karena kota ini lekat dengan identitas sebagai pusat budaya nasional.
Festival yang telah digelar sebelumnya di Jakarta dan Sulawesi Selatan ini kini meningkat dalam skala partisipasi.
Founder Color of Indonesia sekaligus Ketua Bidang Hubungan Internasional DPD TK Putri DKI Jakarta, Vivi Sandra Putri, menjelaskan jika tahun lalu hanya empat negara yang terlibat.
"Alhamdulillah tahun ini naik menjadi sembilan negara, dengan total peserta hampir 300 orang. Negara-negara yang ikut antara lain Polandia, Filipina, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, Bangladesh, dan Indonesia,” jelas Vivi.
Vivi menambahkan bahwa festival ini tak hanya menampilkan parade budaya, pentas seni, dan workshop, tetapi juga memfasilitasi program kolaborasi antarsekolah.
“Kami menjembatani interaksi antara sekolah peserta dari luar negeri dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Salah satunya dari Sulawesi Selatan yang tiap tahun rutin terlibat,” terangnya.
Ia juga menyebut bahwa pendaftaran peserta masih terbuka, karena festival ini terkurasi secara ketat demi menjaga kualitas dan kredibilitas internasionalnya.
Masih sebut Vivi, salah satu hal yang membedakan festival ini adalah pendekatan tanpa jarak.
“Panggung utama kami digelar di Titik Nol KM tanpa panggung formal, jadi penonton dan peserta bisa berinteraksi langsung. Ini adalah konsep ‘infinite interaction’ yang kami usung,” imbuh Vivi.
Sekretaris Jenderal DPD Putri DIY, Agus Budi Rahman, menyambut positif kolaborasi dalam Festival Budaya Color of Indonesia ini.
“Kami mendukung penuh event ini karena sejalan dengan semangat Yogyakarta sebagai kota budaya, pendidikan, dan pariwisata. Melalui budaya, kita menyatukan perbedaan dan menjadikannya kekuatan,” ucapnya.
Lebih dari sekadar festival, Color of Indonesia mengusung filosofi mendalam tentang budaya sebagai jembatan persatuan. Dalam keterlibatan lintas budaya, kita diajak untuk mengenali kemanusiaan yang sama—bahwa di balik perbedaan, ada kerinduan kolektif akan makna, ekspresi, dan koneksi.
Sebagai pusat pertukaran budaya, Yogyakarta diharapkan mampu mengukuhkan posisinya sebagai bagian dari gerakan menjadikan Indonesia sebagai ibukota budaya dunia—sebuah visi yang kini mulai diwujudkan langkah demi langkah.
Selaras dengan itu, Founder & Managing Director Loman Park Hotel Yogyakarta, Handono S. Putro, juga menyampaikan dukungannya terhadap event-event internasional di Yogyakarta.
"Kami sangat mendukung program ini karena dapat menjadi komponen positif untuk menghidupkan kota-kota yang terpilih sebagai lokasi acara. Keterlibatan kami dari sektor akomodasi perhotelan siap menjadi bagian penting dalam menyambut para delegasi mancanegara," ujarnya.
Lebih lanjut, Handono menambahkan bahwa pihaknya siap memberikan pelayanan terbaik kepada para peserta sebagai bentuk nyata keramahan khas Indonesia. Ia juga merespons positif komunikasi dengan pihak penyelenggara, dan menyatakan kesiapan untuk menyediakan akomodasi yang dibutuhkan demi kenyamanan para kontestan dan peserta. (Tyo)
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Social Header