Breaking News

Ribuan Warga Gondokusuman Rayah 20 Gunungan Undhuh Undhuh


Ribuan warga Gondokusuman berebut 20 Gunungan Undhuh Undhuh di Embung Langensari Klitren.


YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - Ribuan waga Kelurahan Klitren Kemantren Gondokusuman Kota Yogyakarta rayah 20 Gunungan Undhuh Undhuh bertempat di halaman panggung utama Embung Langensari Klitren, pada Minggu (8/6/2025) siang.

Diketahui, 6 Gunungan Undhuh Undhuh merupakan persembahan dari perwakilan agama resmi yang ada, yakni Hindu, Budha, Kristen, Katholik, Islam dan Konghucu. Selebihnya partisipasi dari SMA BOKPRI, Gardena Store, Pokdarwis Kelurahan Klitren, PKL Jalan Urip Sumoharjo dan kominitas komunitas lain di Kelurahan Klitren.

Prosesi doa oleh 6 agamawan mengiringi 20 Gunungan Undhuh Undhuh sebelum diperebutkan oleh warga. 

Salah satu warga Kampung Kepuh, Kartini (70), mengaku senang ikut merayah Gunungan Undhuh Undhuh.

"Sebenarnya saya bisa beli aneka jajanan anak anak dan aneka hasil bumi berupa sayuran, namun ingin ikut happy dan guyub saja," kata Kartini saat ditemui usai ikut rayahan, Minggu (8/6/2025) siang.

"Dateng sendiri naik Gojek, tapi tadi ketemu anak saya yang ikut memikul gunungan. Ee..ini buat cucu saya di rumah," sambung Kartini bangga.

Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo didampingi Ketua DPRD Kota Yogya Wisnu Sabdono Putro naik andong dalam Kirab Budaya Gunungan Undhuh Undhuh diikuti Forkopimda dan pihak terkait.

Gunungan Undhuh Undhuh Tampilkan Harmoni Lintas Iman dan Budaya

Sebelum 20 aneka gunungan diperebutkan warga di Embung Langensari, dilakukan kirab. Namanya Kirab Gunungan Undhuh Undhuh yang diberangkatkan dari halaman Kelurahan Klitren.

Kirab dimulai tepat pukul 09.00 WIB dari Kantor Kelurahan Klitren. Di bawah langit mendung namun hangat oleh semangat, barisan peserta berjalan menyusuri Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo. Menariknya, tujuh andong kehormatan turut menyemarakkan kirab, menambah kekayaan visual dalam prosesi yang diikuti hampir 700 orang ini. 

Selain itu juga membawa 20 gunungan hasil kreativitas warga lintas agama, yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu serta perguruan tinggi, sekolah dan komunitas.

Di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, kirab berhenti sejenak untuk menyuguhkan sendratari religius yang menyentuh hati. Tarian yang dibawakan oleh para seniman dan seniwati Kota Yogyakarta ini mengisahkan pertemuan simbolik antara Kyai dan Nyai Klitren, dua tokoh spiritual yang merepresentasikan keharmonisan, toleransi, dan cinta tanah air. Sendratari ini disambut antusias oleh masyarakat yang memadati area pertunjukan.

Penampilan Sendratari religi Kyai dan Nyai Kuli Train (Klitren) serta Barongsai dan Gedruk.

Sebagai informasi, Klitren merupakan gabungan dari dua kata, yakni Kuli dan Train. Lidah Jawa, kuli train menjadi Klitren. Kuli atau buruh, sedangkan train berarti kereta. Atau buruh kereta api. Para buruh kereta api yang tak jauh dari Balai Yasa atau bengkel kereta api ini kemudian membentuk Kelurahan Klitren.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, yang turut hadir dalam prosesi kirab, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah terlibat.

"Ini adalah bagian dari cara kita mengucap syukur setelah bekerja dan memperoleh hasil. Kita syukuri dengan cara yang luhur melalui budaya dan kebersamaan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi. Kirab ini menunjukkan bahwa kerukunan itu nyata dan bisa diwujudkan,” kata Hasto.

Hasto menekankan bahwa kerukunan umat beragama harus terus dijaga dan diwariskan lintas generasi.

“Kita tidak boleh lelah mencintai perbedaan, karena di situlah kekuatan sejati kita sebagai bangsa,” tandasnya.

Usai sendratari, enam tokoh agama memimpin prosesi pemberkatan gunungan. Dalam suasana yang tenang dan khusyuk, doa-doa dari mulut agamawan dinaikkan ke langit, memohon keberkahan, perdamaian dan kelestarian hidup bersama. Meski sempat turun hujan, tidak mengendorkan antusiasme masyarakat yang hadir, seolah menjadi rahmat yang menyertai prosesi.

Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo saat memberikam keterangan pers.

Ketua Panitia Kirab Gunungan Undhuh-undhuh 2025, Joko Pamungkas, menyampaikan bahwa kirab ini merupakan hasil kolaborasi antara GKJ Gondokusuman, Rintisan Kelurahan Budaya (RKB) Kelurahan Klitren, serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Yogyakarta.

“Kirab ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan rezeki yang telah diterima oleh masyarakat. Lebih dari sekadar perayaan budaya, kirab ini menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas Kota Yogyakarta sebagai kota toleransi. Kebersamaan lintas keyakinan harus dijunjung tinggi, karena menjadi kekuatan yang menyatukan,” ungkap Joko.

Joko berharap Kirab Gunungan Undhuh-undhuh tidak hanya menjadi peristiwa budaya yang dirayakan, tetapi juga menjadi simbol komitmen bersama dalam menjaga harmoni, merawat perbedaan, dan membangun masa depan yang damai dan penuh harapan.

"Semoga acara ini membawa makna dan semangat kebersamaan dan keberlanjutan bagi masyarakat Kota Yogyakarta,” pungkasnya. (Mbah M)


Editor: Mukhlisin Mustofa/Red







 








© Copyright 2022 - jogja.expost.co.id