KOTA YOGYA, jogja.expost.co.id — Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2025 resmi ditutup pada Senin (4/8/2025) dengan pertunjukan selebratif yang menghadirkan kolaborasi musik, puisi, pertunjukan teaterikal, dan pembacaan prosa. Panggung penutupan yang digelar mulai pukul 19.30 WIB di Amphitheater Taman Budaya Embung Giwangan menjadi puncak dari enam hari perayaan sastra yang sarat refleksi, perjumpaan, dan kolaborasi lintas generasi serta komunitas.
Amphitheater malam itu penuh sesak oleh lebih dari 600 penonton yang dengan antusias memadati seluruh area pertunjukan. Penonton datang dari berbagai kalangan—penggiat sastra, mahasiswa, seniman, hingga masyarakat umum—membentuk lautan manusia yang menegaskan kuatnya daya tarik festival ini sebagai ruang budaya bersama.
Penampilan Fairuzul Mumtaz saat membawakan puisi berjudul Pengakuan Suto, karya An Ismanto.
Festival ini berlangsung selama enam hari, dari tanggal 30 Juli hingga 4 Agustus 2025, dengan berbagai program yang mencakup diskusi, pertunjukan, pemutaran film, peluncuran buku, hingga pasar literasi.
Malam penutupan dibuka oleh MC Wijil Rachmadhani, yang kemudian dilanjutkan dengan penampilan pembuka berupa pembacaan puisi “Pengakuan Suto” karya An Ismanto (2007), dibawakan secara ekspresif oleh Fairuzul Mumtaz.
Setelah itu, Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, menyampaikan sambutan resmi. Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa Festival Sastra Yogyakarta bukan sekadar peristiwa tahunan, melainkan sebuah gerakan budaya yang membuka ruang tumbuh bagi penulis, pembaca, dan semua yang percaya pada kekuatan kata-kata.
“Festival ini bukan lagi milik warga Yogyakarta semata, melainkan telah menjadi ruang bersama yang dicintai lintas wilayah dan generasi,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa tema Rampak tahun ini dimaknai sebagai semangat kerja kolaboratif yang mempertemukan beragam perspektif dan medium bersastra dalam ruang yang harmonis.
Whani Darmawan saat melakukan Monolog berjudul Toh yang berkisah tentang asal-usul manusia.
Yetti menyebut, Lebih dari 1.100 pengunjung tercatat hadir setiap hari, melibatkan lebih dari 60 sastrawan dan 35 komunitas dalam seluruh rangkaian kegiatan, menjadikan festival ini sebagai ruang pertemuan dinamis antara karya, pembaca, dan gerakan literasi kolektif di Yogyakarta.
Secara khusus, Yetti Martanti juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada 1.465 peserta Sayembara Puisi Nasional yang berasal dari 285 (dua ratus delapan puluh lima) kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Partisipasi luar biasa ini, menurutnya, menjadi bukti nyata bahwa Festival Sastra Yogyakarta telah menjadi milik bersama dan dirayakan secara nasional.
Sambutan berikutnya datang dari Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya. Ia menyampaikan harapan agar festival ini terus mempersatukan dan menginspirasi masyarakat, serta dapat kembali hadir pada tahun-tahun berikutnya.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan catatan kuratorial FSY 2025 yang disampaikan oleh Fairuzul Mumtaz dan Ramayda Akmal. Catatan ini merangkum rekomendasi dari hasil pertemuan 30 komunitas sastra pada 28 Juli 2025. Dalam rekomendasi tersebut, terdapat lima poin penting untuk memperkuat ekosistem sastra di Yogyakarta: pendanaan komunitas sastra, perluasan publikasi, kolaborasi antarkomunitas, bentuk apresiasi nonmateri, serta pemutakhiran data komunitas.
Sebagai simbolisasi penutupan, dilakukan penyerahan buku sastra dari kurator FSY kepada Ibu Yetti Martanti dan Bapak Aman Yuriadijaya, sebagai bentuk penghargaan dan simbol keberlanjutan kolaborasi antara komunitas sastra dan pemerintah.
Usai sesi seremoni, panggung penutupan menghadirkan sejumlah pertunjukan budaya. Whani Darmawan tampil lewat pertunjukan performatif berjudul Toh, yang mengeksplorasi tema identitas dan asal-usul manusia.
Selanjutnya, Annisa Hertami membawakan dramatic reading dari novel Aroma Karsa, memperlihatkan irisan antara dunia prosa dan panggung. Dee Lestari menyanyikan tiga lagu ciptaannya yang belum pernah dirilis, sebagai bagian dari storytelling musikal yang juga terinspirasi dari novel yang sama.
Sebagai penutup, grup musik The Kick membawakan sejumlah lagu yang enerjik dan segar, menghadirkan semangat perayaan yang membaur dengan suasana emosional dan reflektif sepanjang malam. (Hpky/Mbah M)
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Social Header