Proses Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Bisnis dan Pemasaran Destinasi di Pantai Goa Cemara, Gadingsari, Srandaa, Bantul.
BANTUL, jogja.expost.co.id —
Sebanyak 20 peserta dari berbagai unsur pelaku pariwisata mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Destinasi Wisata yang diselenggarakan di Pantai Goa Cemara, Gadingsari, Sanden, Bantul, Rabu (13/8/2025) siang. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah Manajemen Bisnis dan Pemasaran Destinasi Wisata, dengan harapan memperkuat pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Agus Budi Rachmanto, Sekretaris Umum DPD PUTRI DIY, hadir memberikan pembekalan. Dalam paparannya, ia menyampaikan filosofi menarik tentang bagaimana membangun dan merawat destinasi wisata dengan analogi pohon kehidupan.
“Destinasi wisata itu ibarat pohon. Ia tidak langsung menghasilkan uang. Perlu dirawat, diberi perhatian, dan dijaga bersama. Dari akar, batang, hingga daun dan buah — semuanya satu kesatuan,” ujar Agus.
Ia menekankan bahwa kerja tim (teamwork) adalah kunci utama. “TEAM adalah singkatan dari Together Everyone Achieves More — bersama, setiap orang akan mendapatkan hasil yang lebih baik,” tambahnya.
Dari Akar Hingga Buah: Tahapan Membangun Destinasi
Agus menjelaskan bahwa akar merupakan simbol dari cita-cita, ide, dan inovasi yang lahir dari pikiran dan visi bersama. “Akar tumbuh di tempat gelap, seperti halnya ide yang muncul dari pemikiran terdalam kita. Tanpa akar yang kuat, pohon tidak akan bisa tumbuh,” jelasnya.
Batang menggambarkan struktur dan sistem koordinasi yang harus terbangun secara kokoh. Dari sana, akan tumbuh cabang, daun, dan akhirnya buah — yang merupakan simbol dari hasil pengabdian, usaha kolektif, dan pencapaian nyata.
Ia juga mengingatkan bahwa buah dari kerja keras ini tidak akan muncul tanpa proses dan kesabaran.
“Pertanyaannya, apakah benih yang kita tanam hari ini sudah memberikan manfaat? Itulah yang harus kita renungkan,” katanya.
Kolaborasi dan Kearifan Lokal
Agus menyinggung pentingnya kolaborasi dalam pengembangan pariwisata. Menurutnya, bangsa yang tidak mampu membangun kolaborasi dan sinergi hanya akan seperti pohon yang rapuh, tanpa akar dan arah.
Ia juga membahas filosofi Jawa kuno "Among Tani Dagang Layar" yang diterapkan di DIY sebagai panduan dalam pengembangan sektor ekonomi, termasuk pariwisata. Filosofi ini mengajarkan harmoni antara pertanian, perdagangan, dan kelautan — sebagai pondasi pembangunan berkelanjutan.
Mewarnai Keberagaman, Merawat Kebersamaan
Dalam sesi akhir, Agus memberikan refleksi tentang pentingnya merawat kebersamaan di tengah keberagaman.
"Setiap ide, warna, dan perbedaan adalah kekayaan. Bila kita mampu mengelolanya dengan bijak, maka itu menjadi kekuatan besar yang tidak akan terkalahkan,” pungkas Agus. (Tyo)
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red
Social Header