YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - Suasana duka mendalam menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setelah berpulangnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Hangabehi, Minggu (2/11/2025) pagi. Dan dimakamkan, Rabu (5/11/2025) siang. Kepergian sang raja tak hanya meninggalkan kesedihan bagi keluarga besar keraton, tetapi juga menandai babak baru dalam sejarah panjang Kesunanan Surakarta.
Di tengah kabar duka, perhatian publik beralih kepada figur penerus tahta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, atau KGPH Purbaya.
Ia merupakan putra mahkota yang telah lama dipersiapkan untuk melanjutkan amanah luhur sang ayah.
Persiapan pengangkatan Purbaya sejatinya bukan keputusan mendadak. Sejak tahun 2022, proses penetapan dirinya sebagai putra mahkota dilakukan dengan kehati-hatian dan pertimbangan matang.
Langkah ini diambil sebagai bentuk pembelajaran dari konflik internal pasca wafatnya PB XII pada 2004, dengan harapan transisi kali ini berlangsung damai dan penuh kehormatan.
Sosok KGPH Purbaya: Pemimpin Muda yang Dipersiapkan Sejak Dini
KGPH Purbaya adalah putra tunggal PB XIII dan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwono (Asih Winarni). Sejak muda, ia dikenal memiliki ketenangan dan ketegasan yang mencerminkan sosok pemimpin masa depan.
Saat ditetapkan sebagai putra mahkota, Purbaya masih berusia 21 tahun dan menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.
Penunjukan di usia muda menunjukkan kepercayaan besar keluarga keraton terhadap karakter dan kapasitasnya.
Selain mempelajari hukum modern, Purbaya juga mendalami sejarah dan filosofi budaya Jawa bekal penting untuk menuntun arah kepemimpinannya di masa mendatang.
Meski struktur keluarga PB XIII cukup kompleks karena adanya beberapa kakak tiri, penetapan Purbaya sebagai pewaris tunggal dilakukan melalui musyawarah keluarga besar, sehingga diharapkan menghindari potensi perpecahan internal.
Harapan Baru bagi Kasunanan Surakarta
Penetapan KGPH Purbaya mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan nasional. Sejumlah tokoh seperti
mantan Menko Polhukam Wiranto, hingga dr. Reisa Broto Asmoro hadir dalam upacara pengukuhannya.
Kehadiran mereka menjadi simbol dukungan moral terhadap keberlanjutan institusi budaya Jawa yang bersejarah.
Meski tak lagi memiliki kekuasaan politik formal, Keraton Surakarta tetap memiliki peran penting sebagai penjaga warisan budaya dan nilai-nilai luhur adat Jawa.
Dengan berpulangnya PB XIII, masyarakat menaruh harapan besar pada Purbaya agar dapat menjembatani nilai tradisional dengan semangat modernitas.
Dalam beberapa kesempatan, Purbaya disebut memiliki gagasan progresif untuk menjadikan keraton sebagai pusat edukasi dan kebudayaan yang lebih terbuka bagi masyarakat.
Dengan semangat muda dan dedikasi tinggi, KGPH Purbaya diharapkan mampu membawa napas baru bagi Kasunanan Surakarta. Terutama menjaga warisan masa lalu sekaligus menatap masa depan dengan bijaksana. (Editorid/Mbah M)
Editor : Mukhlisin Mustofa/Red


Social Header