KOTA YOGYAKARTA, jogja.expost.co.id - Problem sampah khususnya di Kota Yogyakarta penanganannya masih parsial, selain terbentur anggaran juga minimnya lahan untuk sekadar membuang sampah. Melalui lembaga pendidikan, program Masyarakat Jogja Olah Sampah atau Mas Jos diyakini akan mengurangi Jogja darurat sampah.
Selaras dengan hal tersebut, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta kembali akan mengadakan kegiatan bertajuk Gelar Pelajar Pemuda dan Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) sebagai upaya meningkatkan kepedulian pelajar terhadap kebersihan lingkungan sekolah.
"Agenda ini akan menjadi sebuah panggung ekspresi bagi pelajar Yogyakarta untuk menampilkan semua talenta di satuan pendidikan, serta untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekolah," kata Ketua Tim Kerja Pembinaan Kepemudaan Disdikpora Kota Yogyakarta Mugi Suyatno di forum jumpa pers yang berlangsung di Dinas Komunikasi, Infotmatika dan Persandian (Kominfosan) Kota Yogyakarta, Kamis (6/11/2025) siang.
Ketua Tim Kerja Pembinaan Kepemudaan Disdikpora Kota Yogyakarta Mugi Suyatno (paling kiri) didampingi Ketua Yayasan Kalam Kudus Cabang Yogyakarta Kris Pujianto Halim dan Novita Anggraeni saat jumpa pers.
Kegiatan yang digelar pada Sabtu (8/11/2026) tersebut dikemas dalam bentuk roadshow, yang tidak hanya digelar di satu tempat, namun juga di berbagai satuan pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan SMA Kota Yogyakarta.
"Sebenarnya Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) ini sudah kami lembagakan sejak awal tahun 2022, saat Pemerintah Kota Yogyakarta mencanangkan kegiatan Kampanye Gerakan Sampah Anorganik," kata Mugi Suyatno.
Dalam kampanye tersebut, lanjutnya, untuk semua jenjang pendidikan seperti TK, SD, SMP, SMA, SMK, MA di Kota Yogyakarta harus menjalankan Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) setiap Jumat Wage atau setelah hari Kamis Pon berdasarkan SE Kepala Disdikpora Kota Yogyakarta.
Dikatakan Mugi Suyatno, hal itulah yang melatar belakangi dari Gerakan Pelajar Pemuda dan Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) yang dikolaborasikan dengan Yayasan Kalam Kudus Yogyakarta atau Sekolah Kalam Kudus (SKK) Kricak Tegalrejo.
"Kami ingin kegiatan yang ada di Disdikpora khususnya di pengembangan kepemudaan menjadi kegiatan kolaboratif yang diikuti seluruh pelajar di satuan pendidikan agar memberikan kemanfaatan di aspek kebersihan lingkungan sekolah," ujar Mugi Suyatno.
Menurutnya, agenda tersebut sejalan dengan arahan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan, bahwa sampah sekolah harus selesai di sekolah.
"Salah satu agendanya yaitu membuat dan memaksimalkan fungsi biopori, untuk Yayasan Kalam Kudus juga sudah memiliki biopori yang berusia kurang lebih 10 tahunan dan masih konsisten, sehingga memiliki komitmen yang kuat tentang pengelolaan sampah," ungkapnya.
Kegiatan yang digelar pada Sabtu (8/11/2026) tersebut dikemas dalam bentuk roadshow, yang tidak hanya digelar di satu tempat, namun juga di berbagai satuan pendidikan, mulai dari jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan SMA Kota Yogyakarta.
"Sebenarnya Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) ini sudah kami lembagakan sejak awal tahun 2022, saat Pemerintah Kota Yogyakarta mencanangkan kegiatan Kampanye Gerakan Sampah Anorganik," kata Mugi Suyatno.
Dalam kampanye tersebut, lanjutnya, untuk semua jenjang pendidikan seperti TK, SD, SMP, SMA, SMK, MA di Kota Yogyakarta harus menjalankan Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) setiap Jumat Wage atau setelah hari Kamis Pon berdasarkan SE Kepala Disdikpora Kota Yogyakarta.
Dikatakan Mugi Suyatno, hal itulah yang melatar belakangi dari Gerakan Pelajar Pemuda dan Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) yang dikolaborasikan dengan Yayasan Kalam Kudus Yogyakarta atau Sekolah Kalam Kudus (SKK) Kricak Tegalrejo.
"Kami ingin kegiatan yang ada di Disdikpora khususnya di pengembangan kepemudaan menjadi kegiatan kolaboratif yang diikuti seluruh pelajar di satuan pendidikan agar memberikan kemanfaatan di aspek kebersihan lingkungan sekolah," ujar Mugi Suyatno.
Menurutnya, agenda tersebut sejalan dengan arahan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan, bahwa sampah sekolah harus selesai di sekolah.
"Salah satu agendanya yaitu membuat dan memaksimalkan fungsi biopori, untuk Yayasan Kalam Kudus juga sudah memiliki biopori yang berusia kurang lebih 10 tahunan dan masih konsisten, sehingga memiliki komitmen yang kuat tentang pengelolaan sampah," ungkapnya.
Gerakan Reresik Sekolah (Gresek) saat digencarkan kembali oleh Wali Kota Yogya Hasto Wardoyo pada 2 Mei 2025 di SMP 16 Kota Yogyakarta.
Ketua Yayasan Kalam Kudus Cabang Yogyakarta Kris Pujianto Halim berkomitmen untuk mengelola sampah-sampah di sekolah, sampah organik akan dikelola sendiri dan sampah non-organik akan disalurkan ke bank sampah.
“Jadi untuk sampah organik tentu akan kita kelola sendiri ya, salah satunya dengan biopori itu, kemudian untuk sampah non-organik akan kita salurkan ke bank sampah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Kalam Kudus Fair, Novita Anggraeni. Ia mengatakan kegiatan tersebut diawali dengan sosialisasi Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas Jos) yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya, kemudian Gelar Pelajar Pemuda, lalu dilanjut dengan kegiatan reresik lingkungan sekolah.
“Ini adalah aksi bersama untuk mengelola sampah sendiri guna menjaga kebersihan, kelestarian lingkungan sekolah, dan menumbuhkan kesadaran peduli lingkungan sejak dini, serta mewujudkan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman,” pungkas Novita Anggraeni. (Mbah M)
Editor : Mukhlisin Mustofa/Red
Ketua Yayasan Kalam Kudus Cabang Yogyakarta Kris Pujianto Halim berkomitmen untuk mengelola sampah-sampah di sekolah, sampah organik akan dikelola sendiri dan sampah non-organik akan disalurkan ke bank sampah.
“Jadi untuk sampah organik tentu akan kita kelola sendiri ya, salah satunya dengan biopori itu, kemudian untuk sampah non-organik akan kita salurkan ke bank sampah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Kalam Kudus Fair, Novita Anggraeni. Ia mengatakan kegiatan tersebut diawali dengan sosialisasi Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas Jos) yang bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya, kemudian Gelar Pelajar Pemuda, lalu dilanjut dengan kegiatan reresik lingkungan sekolah.
“Ini adalah aksi bersama untuk mengelola sampah sendiri guna menjaga kebersihan, kelestarian lingkungan sekolah, dan menumbuhkan kesadaran peduli lingkungan sejak dini, serta mewujudkan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman,” pungkas Novita Anggraeni. (Mbah M)
Editor : Mukhlisin Mustofa/Red


Social Header